Menjadi manusia yang lebih baik adalah hal yang sangat diinginkan banyak orang. Sayangnya, terlalu banyak hakim gadungan yang menghakimi sikap banyak orang. Padahal, baik bagi kita, belum tentu baik dari yang lain.

Menjadi manusia yang lebih baik adalah keharusan. Sebab, ketika kita menjadi manusia yang baik, maka kita akan terus bergerak ke arah hal yang positif.

Tak ada hari tanpa kebaikan, entah menolong, menanyakan kabar, mengucapkan salam, dan hal-hal kemanusiaan lainnya, yang tentu saja, hubungan antara manusia dan Sang Pencipta.

Seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD angkatan 2018, Ahmad Rofiki mengatakan,
tak perlu jadi orang lain agar menjadi yang terbaik! Cukup jadi diri sendiri, itulah yang terbaik.

Ahmad pun menyikapi perbedaan yang sangat kompleks, yang kerap menjadi suatu ketersinggungan antarpribadi.

Bagi Ahmad, manusia terkadang lupa, bahwa manusia diciptakan berbeda-beda, tetapi memiliki potensi dan kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik. Tentu dalam perbedaan itu kita memiliki kemampuan dan ciri khas masing-masing. Oleh karena itu, sangat tidak adil jika kita membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain.

Ahmad mencoba menjelaskan, bahwa kita tak boleh membandingan diri sendiri orang lain. Misal saja pada sebuah kasus:
“Ohiya si dia mendapatkan IPK sempurna” atau “Ohiya si Anu bisa melakukan ini itu”.

Ahmad tegas soal itu. Kata “cukup” dengan tanda seru seolah menjadi gambaran bagaimana Ahmad benar-benar memerintah dan mengingatkan untuk tak lagi membandingkan.

Baginya, jangan bandingkan dengan orang lain lagi. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kita untuk selalu mengintrospeksi diri sendiri, dengan menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok akan lebih baik dari hari ini.

Menjadi kalimat paling nampol dari seorang Ahmad: “Dari perjalanan hidup, menengok ke belakang sampai saat ini, apakah hidup Anda ada peningkatan, atau malah penurunan?”

#MariBerbagiKebahagiaan #fsbkbijak #fsbk #bagian1