Dosen FSBK UAD Jadi Delegasi Indonesia dalam Program Kunjungan Internasional ke Xinjiang, Tiongkok
Zanuwar Hakim Atmantika, M.A., Dosen FSBK UAD terpilih sebagai delegasi Indonesia oleh Konjen China di Indonesia (Dok. Istimewa)
Dosen Program Studi Sastra Inggris Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), yaitu Zanuwar Hakim Atmantika, M.A., terpilih sebagai delegasi Indonesia dalam program kunjungan internasional ke Xinjiang, Tiongkok. Kegiatan ini berlangsung selama lima hari, mulai tanggal 30 Juni hingga 4 Juli 2025, dan diinisiasi oleh Konsulat Jenderal China di Indonesia dengan melibatkan perwakilan dari delapan negara, yakni Thailand, Selandia Baru, Kazakhstan, Algeria, Malaysia, Mesir, Turki, dan Indonesia.
Saat ini, Zanuwar tengah menempuh studi doktoral (S3) di Northeast Normal University, Tiongkok, dengan fokus pada bidang Foreign Linguistics and Applied Linguistics. Dalam kapasitasnya sebagai mahasiswa doktoral di Tiongkok sekaligus akademisi Indonesia, beliau mendapat kesempatan istimewa untuk mengikuti program kunjungan ini. Kegiatan tersebut dirancang sebagai ajang pertukaran pengetahuan dan pemahaman lintas negara mengenai dinamika sosial, budaya, dan pembangunan di wilayah Xinjiang.
Rombongan Delegasi Mengunjungi The Hongshan Park Observation Tower (Dok. Istimewa)
Selama tiga hari pertama, tanggal 30 Juni–2 Juli 2025, rombongan delegasi mengunjungi berbagai lokasi penting di Urumqi, ibu kota Xinjiang. Beberapa titik strategis yang dikunjungi antara lain Xinjiang Islamic Institute, Uighur Pharmaceutical Co., Ltd., Hongshan Park, Gu Yuan Xiang Community, Xinjiang International Grand Bazaar, serta International Convention & Exhibition Center dalam sesi bertajuk “The Fight Against Terrorism & Extremism in Xinjiang”. Kegiatan ditutup dengan kunjungan ke Xinjiang Museum yang menjadi representasi sejarah dan budaya wilayah tersebut.
Kunjungan ke Urumqi International Land Port Area (Dok. Istimewa)
Pada 3 Juli, para delegasi melanjutkan perjalanan ke kota Kashgar (disebut Kashi dalam bahasa Mandarin), di mana mereka mengunjungi Kashgar Jiang Guo Guo Agriculture Ltd., Kashi University, kawasan perdagangan bebas Kashi Free Trade Zone, serta dua situs budaya ikonik: Id Kah Mosque dan Ancient City of Kashi.
Menurut Zanuwar, Xinjiang merupakan daerah otonom terbesar di Tiongkok yang memiliki posisi strategis, berbatasan langsung dengan beberapa negara seperti Kazakhstan, Afghanistan, Pakistan, India, dan Mongolia. Secara geopolitik dan ekonomi, wilayah ini memegang peranan penting dalam peta pembangunan Tiongkok.
Namun demikian, narasi yang beredar di media internasional, terutama dari Barat, kerap menggambarkan Xinjiang sebagai wilayah penuh ketegangan dan pelanggaran hak asasi manusia. Narasi tersebut, menurut Zanuwar, menciptakan kondisi hyperreality atau realitas semu yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
“Jika dilihat secara langsung, baik di Urumqi maupun Kashgar, masyarakat hidup dalam suasana damai, aktivitas ekonomi berjalan dinamis, dan infrastruktur publik berkembang sangat pesat. Ini menunjukkan bahwa Xinjiang sedang mengalami proses transformasi dan pembangunan yang signifikan,” ujar Zanuwar.
Kehadiran akademisi Indonesia dalam forum internasional semacam ini menjadi wujud penting diplomasi intelektual yang membuka ruang pemahaman lintas budaya dan geopolitik secara lebih objektif. FSBK UAD turut serta menyambut baik kontribusi dosen-dosennya dalam berbagai agenda global yang mendukung penguatan wawasan internasional, khususnya dalam konteks pendidikan dan kebudayaan. (Shinta)
