KUNJUNGAN MAHASISWA MALAYSIA KE SENTRA PEMBUATAN BATIK DI KOTA GEDE
Oleh : YUDA WIBOWO 1400026061
Setiap semester, program studi Sastra Inggris Universitas Ahmad Dahlan menerima sejumlah mahasiswa yang berasal dari mancanegara dalam rangka pelaksanaan program pertukaran mahasiswa yang dilaksanakan dalam beberapa program tertentu. Pada semester genap tahun ajaran 2018/2019, Sastra Inggris UAD menerima 3 orang mahasiswa yang berasal dari Universiti Teknologi Mara, Malaysia untuk belajar segala macam aspek baik akademis maupun non akademis selama 1 semester dalam program pertukaran mahasiswa yang berjudul “AIMS” (ASEAN INTERNATIONAL MOBILITY FOR STUDENT).
Selama satu semester juga, Sastra Inggris UAD berusaha menghadirkan aktifitas menunjang pembelajaran akademis dari Mahasiswa Asing tersebut. Mulai dari pentas drama, pengabdian masyarakat, maupun aktifitas yang bersifat selingan seperti workshop pembuatan batik sebagai cinderamata khas Indonesia yang diakui Dunia. Semester ini workshop pembuatan batik dilakukan pada tanggal 9 Juli 2019 selama satu hari penuh yang bertempat di Bengkel Batik Retno, Kotagede Yogyakarta.
Disana, mahasiswa asing diajak untuk melihat langsung bagaimana proses pembuatan batik tulis Indonesia yang sudah mendunia. Selain melihat mahasiswa juga berkesempatan untuk mencoba membuat batik secara langsung. Menurut ibu Retno selaku pemilik Bengkel Batik “Kami mencoba mendorong mahasiswa untuk menumpahkan ide-ide yang ada di kepala mereka pada selembar kain yang ada di depannya”.
Di sisi lain, menurut pengamatan penulis, mahasiswa pun Nampak sangat antusias dalam membuat karya yang terbaik. Dinie nur diana binti baharum atau yang biasa di sapa dinie mengatakan “Batik bukan hal baru bagi saya namun, ini merupakan pengalaman pertama saya dalam membuat kain batik” begitu timpal dari Gadis Malaysia tersebut. Sementara itu Nur Shahira binti Kamarudin atau akrab disapa Shira mengatakan bahwa “membuat batik adalah kegiatan yang sangat menantang”. Shira menimpali pernyataannya dengan celotehan bahwa “saya pernah gagal di kelas melukis” sedangkan di pembuatan batik ini dia dipaksa untuk mendesain batiknya sendiri sehingga dia mengalami sedikit kesulitan. Lain halnya dengan Nuyu yang juga merupakan mahasiswa Malaysia di prodi Sastra Inggris UAD. Nuyu menambahkan bahwa dia sudah belajar membuat batik dari kelas seni yang dia ikuti di Malaysia. Sehingga apa yang ada di depannya bukan merupakan hal baru lagi. Nuyu juga merupakan satu-satu nya peserta workshop yang dapat melewati proses desain tanpa hambatan berarti.
Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 Proses desain batik yang dilakukan oleh Mahasiswa UiTM
Selain desain, tantangan selanjutnya untuk para peserta adalah proses pencantingan batik yaitu dengan proses pemberian lilin atau malam pada pola yang sudah digambarkan. Hampir setiap peserta mengalami hambatan. Hambatan yang mendominasi adalah tumpah atau menetesnya lilin atau malam diluar pola yang sudah di gambar. Namun para peserta cukup handal dalam melakukan improvisasi sehingga dampak dari kesalahan pada proses ini dapat di minimalisir dengan baik. Pada tahap pewarnaan tidak ditemukan hambatan yang berarti. Karena pada proses ini dikerjakan langsung oleh ibu Retno yang notabene sudah ahli dalam membuat batik. Proses pewarnaan dapat disebut sebagai proses finishing juga karena merupakan tahap terakhir dalam proses pembuatan batik dalam rangkaian workshop ini dikarenakan pada rangkaian workshop ini, teknik pewarnaan yang digunakan adalah teknik pewarnaan satu jenis warna yaitu dengan mencelupkan kain batik yang sudah dilapisi malam ke cairan pewarna yang sudah di siapkan.
Gambar 2. Proses pewarnaan batik yang diperagakan oleh Mahasiswa UiTM.
Selanjutnya proses pewarnaan dilanjutkan dengan mengangkat kain yang sudah dicelupkan pada cairan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan mengeringkan kain tersebut secara alami dengan dijemur.
Selain pembuatan batik tulis, Mahasiswa diharuskan untuk membuat batik cap juga. Proses pembuatan batik cap itu lebih mudah dibandingkan dengan batik tulis. Karena pola untuk pembuatan batik cap sudah tercetak pada stempel yang disiapkan oleh ibu Retno si pemilik show room. Ibu Retno sendiri juga berperan banyak di proses ini karena beliau juga yang merebus malam dan menyiapkan papan yang di dinginkan sebagai alas untuk membuat stempel batik. Namun secara umum proses pembuatan batik cap sama dengan batik tulis yang terdiri dari tahap desain yang dilanjutkan dengan pemalaman yang diakhiri dengan pewarnaan. Namun pada proses eksekusinya, proses desain dan pemalaman dapat digabungkan dengan menyusun pola yang sudah tercetak.
Gambar 3.1 dan 3.2 Proses pembuatan batik cap dengan metode meyusun stempel
Kata kunci: AIMS, Batik, Kegiatan.
The post KUNJUNGAN MAHASISWA MALAYSIA KE SENTRA PEMBUATAN BATIK DI KOTA GEDE appeared first on Program Studi Sastra Inggris.