Narasi Islam Berkemajuan untuk Generasi Z di Kampus UAD

Elis Yuliati Anis, M.A., Ph.D., Juara 1 Lomba Menulis Esai dan Artikel AIK Semarak Hari BerMuhammadiyah UAD (Dok. Humas FSBK)

Siapakah pihak yang paling siap menghadapi perubahan supercepat dan penuh kejutan di era digital saat ini? Mungkin semua orang sepakat, mereka adalah kelompok usia dan entitas sosial yang dikenal dengan sebutan Generasi Z—lahir antara 1990 hingga 2010, berusia 13 hingga 28 tahun. Mereka sangat terampil dalam menggunakan teknologi, internet, dan media sosial. Karakteristik mereka kompatibel dengan perubahan, seperti menyukai tantangan baru, inovatif dan adaptif terhadap segala kemungkinan. Bahkan, seolah generasi Z lah yang paling dikehendaki era disruptif ini.

Lihatlah, di banyak sektor, Generasi Z terlihat tangkas dan responsif terhadap tuntutan perubahan yang dipicu revolusi teknologi itu. Keunggulan Generasi Z terutama karena kepiawaian mereka dalam mengakses sumber-sumber informasi mutakhir melalui perangkat teknologi digital yang terkoneksi internet, hal yang tak tertandingi oleh generasi mana pun. Wajar bila mereka selalu berada di depan dalam membaca arah perubahan, seperti tercermin dalam kemampuan mereka dalam menangkap berbagai peluang, semisal bisnis online, inovasi dalam berkarya, pemanfaatan Artificial Intelligence dalam pembelajaran dan lain-lain.

Namun, ketergantungan Generasi Z terhadap teknologi dan media sosial selama ini sekaligus menjadi kelemahan mereka. Sejumlah perilaku baru generasi ini tak dapat dianggap enteng karena memberi pengaruh besar terhadap perkembangan psikologi, pemahaman dan internalisasi nilai-nilai, dan pada akhirnya berkaitan dengan kehidupan ruhaninya.

Seperti yang digambarkan dalam ‘The Social Dilemma’ di Netflix, gadget telah menjadi elemen tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Aktivitas seperti memposting, memberi ‘like’, dan memeriksa notifikasi berulang kali, telah menyatu dalam rutinitas sehari-hari. Lebih dari itu, algoritma yang dirancang untuk menarik perhatian ini tidak hanya menciptakan kecanduan, tapi juga mengubah pengguna menjadi sasaran pemasaran, menunjukkan dampak yang lebih mendalam dari interaksi digital ini.

Fenomena ‘FOMO’ (Fear of Missing Out), sebuah rasa takut ketinggalan informasi atau tren online terbaru, sering melanda Generasi Z. Paparan iklan yang masif di media sosial tidak hanya memperkuat rasa takut ini, tetapi juga menanamkan budaya konsumerisme yang berlebih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memiliki identitas ganda di media sosial, antara online dan offline, sering menimbulkan tekanan dan kecemasan. Ditambah lagi, masalah cyberbullying membuat kesehatan mental Generasi Z menjadi isu serius.

Di lain pihak, agama-agama, khususnya Islam sebagai sumber nilai ilahiah penting, masih berwajah konservatif alias terkesan ‘jauh’ dari jangkauan radar generasi Z. Sebaliknya, konten- konten keislaman di media sosial kerap menampilkan hal-hal yang bersifat simbolistik- bombastis dan tidak substansial. Tentu hal ini merupakan kenyataan tidak baik bagi perkembangan Generasi Z. Karena itu, diperlukan Islam yang mudah dimengerti serta ramah Generasi Z.

Al Islam dan Kemuhamadiyahan ramah Generasi Z

Di tengah perubahan zaman, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berkomitmen menguatkan nilai-nilai Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai prinsip fundamental. UAD telah menggabungkan pendekatan modern dalam pendidikan dengan prinsip-prinsip AIK, sejalan dengan visi dan misi institusi. Ini memberikan kesempatan bagi Generasi Z untuk mengembangkan dan menerapkan ide-ide inovatif, yang tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan mereka di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, tetapi juga menanamkan dedikasi terhadap masyarakat. Melalui program perkuliahan dan perkaderan seperti Darul Arqom dan Baitul Arqom, umpamanya, universitas ini mendukung internalisasi nilai-nilai AIK dalam kehidupan kampus. Generasi Z, yang dominan sebagai digital native, menjadi elemen penting dalam transformasi dan penerapan nilai-nilai AIK di era digital.

Transformasi Nilai-nilai Islam Berkemajuan

Risalah Islam Berkemajuan (RIB) yang dihasilkan pada Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo pada 2022 lalu adalah narasi besar yang langsung atau tidak langsung memberi landasan etika-moral dan intelektual bagi siapa saja, termasuk Generasi Z, dalam menghadapi perubahan. RIB tak hanya membawa adaptasi agama ke era modern, tapi juga menjelaskan bagaimana nilai Islam bisa diterapkan dalam konteks kontemporer yang dinamis.

Dalam menghadapi tantangan Generasi Z, nilai-nilai AIK dan konsep Islam berkemajuan sangat relevan. Islam, sebagai sumber keyakinan dan pedoman etika, menawarkan pandangan yang bisa membimbing Generasi Z melalui kerumitan hidup modern. Abdul Mu’ti menyebut Islam berkemajuan sebagai ‘Islam sebagai realitas kekinian’, yang mengedepankan pentingnya memahami konteks situasi dan kondisi saat ini untuk merancang masa depan yang lebih baik. Nilai-nilai ini menjadi panduan bagi Generasi Z untuk menghadapi ketakutan dan tekanan dari dunia digital, dengan menekankan keseimbangan dalam kehidupan.

Transformasi AIK dan Islam Berkemajuan di kampus-kampus Muhammadiyah harus dikemas sedemikian rupa agar lebih mudah dipahami Gen Z. Di antaranya dengan operasionalisasi konsep dan metode yang sesuai dengan karakteristik Gen Z. Berdasarkan keputusan Muktamar ke-48, Muhammadiyah merumuskan karakteristik lima (al-Khasha’ishu al-Khamsu) Islam berkemajuan. Pertama berlandaskan pada Tauhid, yang mencakup hubungan kita dengan Tuhan, sesama, dan alam. Generasi Z, dengan keterampilan digital mereka, didorong untuk membagikan nilai perdamaian dan kebaikan di media sosial, misalnya melalui postingan, podcast dan video pendek.

Kedua, Islam, bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah, menawarkan pemahaman mendalam tentang kehidupan beragama. Al-Qur’an, sebagai sumber utama, memberikan keyakinan, pengetahuan, hukum, norma, dan inspirasi. Sementara itu, Sunnah Rasul, yang mencerminkan kehidupan Nabi Muhammad SAW, menjabarkan aplikasi praktis ajaran al-Qur’an. Generasi Z cenderung lebih tertarik pada metode pembelajaran yang interaktif dan berbasis visual. Dalam perkuliahan, dosen dapat menerapkan project-based learning dimana mahasiswa membuat project tentang kisah inspiratif para Nabi. Mereka akan menghubungkan kisah tersebut dengan tantangan pribadi mereka, seperti kurangnya motivasi, perasaan kekosongan, dan ketidakpastian saat mengambil keputusan. Project-based lainnya bisa membuat ulasan film tokoh Muhammadiyah, seperti “Sang Pencerah” atau “Buya Hamka”. Tujuannya adalah mengasah pemikiran kritis mahasiswa dan menerapkan nilai Islam dalam dilema moral serta praktis, menunjukkan relevansi ajaran Islam dalam berbagai situasi kehidupan.

Ketiga, menghidupkan Ijtihad dan Tajdid. Ijtihad adalah upaya kritis dan berkelanjutan dalam memaknai ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah menggunakan akal, ilmu, dan teknologi. Ijtihad adalah kunci untuk mengaplikasikan ajaran Islam secara relevan di era modern. Melalui Tajdid atau pembaharuan, Ijtihad tidak hanya terbatas pada pemahaman teoritis, tetapi juga dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Di UAD, critical thinking dan literasi media digital diajarkan sebagai skill penting untuk berkontribusi pada gerakan Ijtihad dan Tajdid. Generasi Z juga menunjukkan pengaruhnya melalui jejaring sosial. Contohnya, dua influencer UAD, @assegafpangestu dengan 710.8k follower di TikTok dan 69.1k di Instagram, serta Khaila Dian @khailakk dengan 102k follower di Instagram. Assegaf terkenal dengan konten yang relatable bagi mahasiswa, sementara Khaila fokus pada fashion. Keduanya dapat membangun personal branding Islami dan menyebarkan konten positif tentang Islam, Dengan ribuan pengikut, mereka berpotensi menjadi Dahlan Muda UAD, ambassador muda untuk transformasi Islam berkemajuan.

Keempat, pengembangan wasathiyah dalam Islam, yang mendorong sikap seimbang/moderat dalam beragama, toleransi dan mengindari fanatisme yang berlebihan. Sayangnya, propaganda ekstremis online oleh kelompok seperti ISIS menargetkan anak muda. Seperti yang diceritakan oleh Akbar dari Aceh dalam film dokumenter ‘Jihad Selfie’, ia hampir tergoda untuk bergabung dengan salah satu kelompok ekstrem karena narasi online ‘Syria as the land of man’ yang menyesatkan. Namun, Generasi Z juga memiliki potensi besar untuk menyebarkan edukasi tentang wasathiyah sebagai sebagai bentuk perlawanan terhadap narasi ekstremisme.

Kelima, mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Setiap Muslim memiliki kewajiban untuk menyebarkan kebaikan kepada sesama manusia dan bertanggung jawab menjaga lingkungan. Gerakan ‘Menjaga Bumi” menjadi topik populer di kalangan Generasi Z, mendapatkan dukungan luas dari kampus-kampus dan organisasi lingkungan. Di UAD, program ‘Dahlan Muda Mengabdi’ adalah contoh inisiatif pengabdian masyarakat yang mencerminkan prinsip Rahmatan Lil Alamin. Melalui program ini, mahasiswa UAD berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan ketrampilan praktis, kelestarian lingkungan, dan aktif membagikan aktivitas dan pencapaian mereka di media sosial, menunjukkan bagaimana Islam diterapkan sebagai sumber kebaikan universal.

Penutup

Pembelajaran AIK dan RIB dengan metode yang lebih interaktif di lingkungan UAD, termasuk visual dan project-based learning, historical site visit, akan lebih menarik bagi Gen Z. Penguatan kreativitas mahasiswa sebagai content creator, storyteller, blogger, dan filmmaker akan memperkuat peran mereka sebagai agen perubahan, menyebarluaskan kebaikan, dan menjaga lingkungan. Diharapkan para mahasiswa dapat mengembangkan konsep reinterpretasi perilaku Islami penggunaan teknologi dan literasi bermedia sosial yang Islami. Penting bagi para dosen untuk tetap memberikan perhatian dan pendampingan pada proses mental dan pola pikir Gen Z. Secara demikian, komitmen UAD tidak hanya sebagai pusat keunggulan akademis, tetapi juga sebagai pembentuk karakter bertanggung jawab sosial dapat terwujud.

 

Ditulis oleh: Elis Yuliati Anis, M.A., Ph.D.

Hubungi Kami

Kampus 4
Jalan Ahmad Yani, Kragilan, Tamanan, Banguntapan, Bantul Yogyakarta 55166
Telepon: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Ext. –
Faximille: 0274-564604
Email: fsbk@uad.ac.id

Lokasi Kami

Temukan Kami

  • Instagram : @fsbk_uad
  • youtube : FSBK UAD Fakultas Satra, Budaya, dan Komunikasi
  • Tik Tok : @fsbk_uad

Daftar di UAD dan kembangkan potensimu dengan banyak program yang bisa dipilih untuk calon mahasiswa

Informasi PMB
Universitas Ahmad Dahlan

Telp. (0274) 563515
Hotline PMB
S1 – 0853-8500-1960
S2 – 0878-3827-1960

© 2023 Fakultas Sastra, Budaya dan Komunikasi | Universitas Ahmad Dahlan | Perguruan Tinggi Muhammadiyah